Annisa, Apa Kabar?

Anaknya dalam kondisi kritis, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa lagi selain guyon dan bercerita.

Selamat malam.
Kamu yang ditakdirkan Tuhan untuk membaca tulisan ini.

Seperti saya yang tadi sore ditakdirkan Tuhan untuk bertemu Ayahnya Annisa.

====
"Janjiannya bukannya jam 4? Kok jam 4 baru berangkat? Telat loh...," kata Produser gue, sebelum gue cabut dari kantor untuk menyambangi Trax FM. Tak lain dan tak bukan karena paksaan Tugas Karya Akhir gue yang (di H-12 ini) masih setengah jalan.

Singkat pikiran, gue mutusin untuk naik taksi aja dari Utan Kayu. Kayaknya kalau jam segini ke Sarinah belum terlalu macet. Pikir gue.

Keluar kantor, ada tiga taksi yang sedang melaju dari sisi kiri. Tapi jari kanan gue bergoyang di udara pada taksi kedua. Kenapa? Karena bapaknya gak sombong. Doi buka kaca buat nanya gue mau naik apa nggak.
Belakangan gue baru tahu kalau doi buka kaca karena lagi ngerokok. Kampred.

Begitu masuk gue langsung nepsong bilang "Sarinah, pak!" *panik karena telat*
Eh doi jawabnya "Assalamualaikum"..
Gue agak kaget, sekaligus lemes, sebelum akhirnya gue jawab sembari senyum "Waalaikumsalam pak.. ke Gedung Sarinah ya.."

Doi nyetel murotal Qur'an di mobil. "Maaf ya saya setel ngaji. Ini sebenarnya ngaji untuk anak saya."

Singkat cerita, belum tiga menit gue duduk di kursi belakang, bapak ini udah curhat kalau anaknya sedang tidak sadar.
Koma.
Karena Demam Berdarah.
Padahal baru lima hari sakitnya.
Ia koma karena pembuluh darahnya (di kepala kalau tidak salah) sudah pecah, badannya tak bisa dan tak mau menerima makanan dan minuman apapun, dan pembuluh tangan di tangannya bengkak.

Annisa baru masuk RS tadi pagi. Untung tadi pagi. Karena kata dokter RS Pasar Rebo, "kalau misal bapak bawa siangan dikit aja, Annisa pasti udah gak ketolong". Biaya RS gratis, terima kasih Jokowi. Tapi bapak ini harus tetap mencari lima kantung darah AB+ seharga (kurang lebih) Rp 1,5 juta, karena trombosit Annnisa sudah sangat sangat minim.

Sebelum pergi menarik taksi, ia berbisik pada anaknya yang sudah koma setibanya di RS. "Kakak kalau sudah nggak tahan sama sakitnya, ayah sama ibu sudah ikhlas. Tapi kalau kakak mau sembuh, kakak berjuang ya. Ayah sama ibu juga berusaha. Sekarang ayah cari uang dan darah dulu buat kakak. Kakak sama ibu dulu ya di RS."

Seketika Annisa yang sedang koma, meneteskan air mata.
Ibunya? Pingsan melihat reaksi Annisa.
===

Gadis kecil ini baru enam tahun hidupnya. Kehadirannya sudah ditunggu oleh bapak dan ibunya selama tujuh tahun lamanya. Tapi hari ini ia harus kritis di ICCU, karena DBD.

Saya sendiri kaget, baru lima hari anak yang digigit nyamuk penyebab DBD bisa sampai koma.
Dari penuruturan si bapak, kata dokter, nyamuk DBD sekarang sudah bermutasi karena alam.
- Ia bisa hidup tak hanya di air bersih, tapi juga air kotor.
- Ia tak hanya menyerang di sore hari. Tapi kapanpun. 24 jam.
- Bila tergigit, ia tak akan menimbulkan bercak-bercak merah lagi, tapi langsung menyerang ulu hati.

Serem ya? Saya sendiri terhenyak mendengar kekejaman nyamuk itu.
Di tiga hari pertama sakitnya, Annisa sudah dibawah ke tiga dokter berbeda, namun dokter yang terakhir tak  juga menyarankan Annnisa untuk dibawa ke RS. Hingga ia harus menahan sakit sampai hari kelima orang tuanya melarikan ke RS. Dokter di RS marah. Karena keterlambatan tersebut, katanya.

====

Sepanjang perjalanan bapak ini (yang sebenarnya aku lupa namanya *dijitak yang baca), melemparkan guyon dan tertawa saja.. Saya tanya "Bapak kok masih bisa ketawa pak? Bapak gak sedih?".

Setelah mengehela nafas diapun menjawab "Saya harus ngapain lagi mbak. Nangis juga gak ngebantu. Mending saya usaha sambil mencoba tertawa sesekali. Maaf ya mbak kalau saya becanda terus".

Dalam perjalanan istri si bapak SMS. Sudah dimana? Sudah dapat Rp 1,5 jutanya? Annisa kritis!!!
Lalu saya jawab.
"Kritis itu di atasnya koma ya, pak?"
"Iya mbak," katanya lemas.

Golongan darah Annnisa AB+. Sebagai orang yang cukup suka donor darah, saya tahu golongan darah itu sangat jarang. Kata bapaknya, 100 banding 1 orang.

Tapi Alhamdulillah di Bogor katanya ada 5 stock.
Pukul 4 sore itu, kata si bapak, PMI Bogor dalam perjalanan menuju PMI Jakarta sembari melakukan sterilisasi darah di dalam perjalanan.

====

Kebetulan beberapa hari ini  saya sedang bingung. Bingung harus menyalurkan zakat saya kemana. Cieeee. Ceritanya baru dapet gaji pertama sebagai jurnalis. As a journalist yak. Employee, bukan intern. (dijitak se-RT). Somay lo, Is!

Jadi gue kepikiran terus harus kemana gue zakatin 2,5% penghasilan gue ini. Secara gue sudah sangat sangat ogah memberi kepada pengemis, maupun pemulung, yang ternyata banyak yang lebih sugih daripada saya.

Untung bapak ini cerita. Jadi saya gak perlu repot cari wadahnya. Hehehee...
Dan langsung berasa khasiat zakat itu. Rekaman untuk TKA Radio saya dipermudah.
Ajegile emang keajaiban Tuhan.
===

Dan sore tadi saya dengar keajaiban dari Tuhan lagi.
Bapak ini walaupun nyetel murotal Quran, di stir taksinya ada sticker Gun N Roses.
"Saya doyan lagu-lagu metal gini mbak. Rolling Stone juga."

"Dulu saya melakukan semua yang Tuhan larang, kecuali main cewek ya. Minum, narkoba, diskotik, akrab banget sama saya. Sampai akhirnya ada saat dimana saya berlima dengan teman mabuk dan ngefly bareng. Dalam kemabukan itu saya bilang "Kalau besok gue masih bisa liat matahari, gue tobat nih". Yang langsung disambut tawa teman-temannya.

Esoknya ia bangun tanpa lihat kiri kanan. Langsung membuka pintu dan melihat matahari. Sontak ia bilang ia sujud. Dan besoknya datang ke ustad untuk minta diajarkan baca Quran.

Si ustad gak percaya. Dia bilang "paling tobat lo tobat sambel. Sekarang tobat besok mabok lagi.". Sampai akhirnya si ustad ngasih doi kunci masjid. "Nih kalo lo mau tobat, bersihin masjid tiap pagi. Kalau lo serius gue ajarin."

Seminggu setelah itu, tiap pagi si bapak selalu kesiangan. Tapi hari ke-delapan dia mulai menjawab tantangan itu.

Sedangkan kedua temannya yang dulu ikut mabuk bersama, kini sudah tiada.

Subhanallah ya. Hidayah itu priceless. Syukur kalau Tuhan masih mau kasih.

====

Hingga malam ini saya tak tahu lagi kabar Annnisa dan keluarganya. Ada yang tahu? :(

Komentar